Ain, banyak kata yang belum sampai aku nyatakan. Banyak kata yang tidak sempat aku utarakan
Meski sampai saat ini masih ada rasa sesak yang aku simpan, tapi selalu saja rasa itu mengalahkan semuanya.
Jika boleh kukatakan, indahmu masih saja menjadi bayangan nyata yang sulit untuk aku lupa. Ketika yang kuminta hanya waktu, tapi kecewa yang aku tuai. Ya, kecewa karena tak kesangupanku mengutarakan rasa. Ketika bahagia yang aku ingin, tapi luka yang aku bawa.
Ain, mesti berkali-kali kamu menghilang, rasa itu tetap sama. Bahkan selalu utuh. Dan aku hanya selalu berharap, apa yang kurasa, kamu juga memiliki rasa yang akan kamu berikan secara utuh juga untukku. Meski aku tidak pernah tahu apa yang ada dihatimu, aku masih berharap aku ini ada di kehidupanmu. Meski aku tidak pernah tahu apa yang kamu rasa, aku masih berharap kamu punya perasaan yang tulus seperti yang kurasa.
Namun apa kamu tahu? Aku sangat mencintaimu tapi aku tak ingin melibatkanmu dalam hidupku.
Ain, ketika realitas meresahkanku, aku memilih untuk diam. Ketika kenyataann menyesakkan, aku hanya memilih untuk bersendiri. Apa kamu merasakan jadi aku? Andai kamu tahu, betapa hanya satu yang aku mau ketika waktu semakin lahap menelanku dalam langit.
Ya, aku tahu aku bukan siapa-siapa. Jadi, kamu lebih berkemungkinan besar untuk memilih pergi jauh daripada menemuiku atau sekadar menemaniku. Ketika yang aku harap lebih, tapi yang kau beri, tak sama sekali. Jika boleh aku protes, aku ingin memaki. Kenapa kamu tak pernah memahami? Kamu lebih memilih pergi bersama orang lain, disaat aku benar-benar ingin kamu. Bahkan meski jarak sudah sedekat nadi, kau lebih memilih pergi.
Sungguh...
Aku hanya mampu bicara pada diri sendiri, Apakah aku salah? Apa aku terlalu menuntut? Apa aku terlalu egois? Apakah tidak bisa sedikit saja aku berharap, dan harapan itu, kamu kabulkan?
Ain, jika boleh aku berharap dan meminta, sungguh, tidak bisakah kamu luangkan sedikit lebih lama waktumu untukku? Tidak bisakah kamu sdikit menuai waktu untuk memahamiku? Jika kamu bisa pergi bersama oranglain, bahkan sampai pergi jauh dan mencederai kesibukanmu, kenapa kamu tidak bisa meluangkan waktumu untukku? Seringkali aku menunggu, tapi apa yang aku tunggu selalu saja menuai luka. Aku hanya ingin sedikit waktumu. Jika kamu tak bisa lama, tidak bisakah kamu meluangkan sedikit saja waktumu untukku sebelum aku benar-benar terlelap ditelan langit? Sungguh, untuk saat ini, aku hanya ingin waktumu. Meski hanya sekejap pandangan mata, hingga akhirnya mataku benar-benar tak sanggup lagi memandang.
Salam rindu dariku, lelaki yang selalu memiliki perasaan sama sejak pertama kali mengenalmu
Jika suatu saat mataku sudah terpejam sebelum memandangmu, maka kumohon, tetap ingat aku dalam mimpimu. Jika nantinya waktu tak memberi ruang untuk menyatukan aku dan kamu, bahkan ketika aku sudah benar-benar ditelan oleh langit, perasaan ini akan tetap utuh. Kamu menjadi satu-satunya orang yang aku minta ketika ribuan orang banyak meminta.
Kutulis ini lengkap bersama harapan, cinta, kasih, sayang, hingga pelukan yang aku rindu. Semoga sampai, kamu baca dan kamu pahami sebelum aku terlelap.