Cerita Kita

Cerita Kita
Tidak semua yang ku tuliskan tentangku, bisa jadi tentangmu dia atau mereka

Akankah aku dan kamu masih bisa menjadi kita

Kita saling mengenal sudah cukup lama. Aku tau tentangmu. Kamu tau tentangku. Cukupkah itu membuktikan kepada dunia bahwa kita tak hanya bisa bersama tapi juga bersatu?

Kita tak pernah menyalahkan keadaan dan waktu. Kita tak bisa menyalahkan orang lain karna kita memang terlambat menyadari perasaan masing-masing. Aku hanya bisa bersedih ketika memikirkannya. Kamu hanya bisa menenangkan aku tanpa bisa berbuat apa-apa lagi.

Haruskah kita percaya bahwa kita diciptakan untuk satu sama lain? Kita percaya...

Hanya saja, kita selalu menangis ketika mengatakannya. Ini benar-benar menyakitkan. Kita hanya bisa saling memandang tanpa bicara. Kita berusaha tersenyum walaupun itu sangat berat untuk dilakukan.

Kita memiliki sayap tapi tak bisa terbang. Kita punya cinta tapi tak bisa diwujudkan. Kita saling mencintai, seharusnya kita bahagia.Tetapi mengapa setiap memikirkan bahwa aku sangat mencintaimu, aku justru menangis? Mengapa kamu selalu mengatakan perasaanmu dengan raut wajah yang menyedihkan

Kamu selalu yang terbaik. Walaupun, aku tak bisa mengatakannya di depan orang lain. Aku ingin bercerita tentangmu. Tetapi kepada siapa? Di dalam mimpi pun, aku tak bisa memberi tau orang lain, bahwa aku sangat mencintaimu. Aku memang tak memiliki kekuatan.

Kita manusia biasa. Kita mencoba membiarkan semuanya mengalir seperti air. Tetapi kita lupa bahwa air yang mengalir pun memiliki hilir. Ketika tiba waktunya, kita justru semakin sulit untuk bersama apalagi bersatu. Haruskah kita mencoba hidup tanpa kehadiran satu sama lain? Seberapa lama kita bertahan? Atau…

Apa pun itu, kita selalu terjaga di tengah malam. Kita memandang bulan dan bintang yang sama di tempat yang berbeda. Bukan begini yang kita inginkan. Malam yang indah pun mampu membuat kita menangis. Mengapa malam juga tak berpihak kepada kita? Kita tak memiliki kesalahan apa pun. Tetapi mengapa semuanya seolah-olah menentang kita?

Cinta seharusnya mampu menguatkan setiap manusia yang merasakannya. Tetapi, mengapa kekuatan pun tak berpihak dengan kita? Bagaimana ini? Haruskah kita selalu tampil di depan orang lain tanpa menyadari kehadiran masing-masing? Kita benci dengan itu, bukan?

Akhirnya, kita tau bahwa kita masih memiliki kekuatan. Tuhan. Dia selalu menjawab doa manusia dengan caraNya yang indah. Dia tau apa yang kita butuhkan. Kita sudah berdoa. Kita hanya perlu berusaha sambil menunggu jawaban dariNya. Tetapi…akankah kita bisa menerima jawabanNya? Tuhan tau yang terbaik untuk kita

Nasihat Untukmu

Adikku,
Saat logika tidak lagi bisa menerima, tetap yakinlah akan sayap sayap pertolongan Allah segera menundukan jahatnya prasangka, meneduhkan resah, membuka tabir; jangan risau atas tunas-tunas masalah yang semerbak tak kunjung henti diantara indahnya cinta dan kehidupan ini...

Adikku berhentilah menduga-duga..
Saat logika tidak lagi bisa menerima, redam kegelisahannya dengan shalat. temui Rabb'mu disana, dan katakanlah; ungkapkanlah, curahkanlah titik-titik di sudut matamu, lalu bangkit dan keluarlah, perhatikan kembali pagi yang terseyum kepadamu, lalu tersenyumlah, perlihatkanlah seakan semua baik-baik saja. dan baca nasihat kaka semuanya...

Jangan biarkan dirimu terhanyut, karena diantara keindahan sungai alam menciptakan air terjun yang akan melemparkanmu kebebatuan, atau air akan terus menghayutkanmu, mengantarmu kepada lautan yang tidak kamu kenali.

Jangan Meluangkan waktumu untuk Cemburu. Kita tidak memiliki tubuh ini, Kita juga tidak memiliki mereka yang mencintai tubuh ini. Raga ini milik Allah, jiwa ini kepunyaan Allah, hati ini ciptaan Allah, merekapun milik Allah. Bahkan, Cinta itu juga milik Allah. Segera redakanlah gemuruh itu, palingkanlah hatimu dari Cemburu yang menipu..

Jika cinta tak bersambut, KEMBALIKANLAH kepada Dzat yang menciptakan dan menebarkan cinta cinta di bumi ini. Murnikan kembali. karena disanalah CINTAMU tidak akan pernah disia-siakan! tidak akan pernah.

Adikku,
Jika kamu mencari, kamu bakal menemukan, jika kamu telah menemukan kamu bakal penasaran, jika penasaran kamu bakal bertanya, jika bertanya kamu bakal tahu, setelah tahu kamu bakal ingin lebih tahu lagi. Saat kamu merasa ingin lebih tahu lagi, disanalah kamu akan paham dan belajar memahami kehidupan.

Adikku, 
Jangan bersedih jika kamu benar, karena bumi ini milik Allah!
Kesedihanmu hari ini tidak akan mengurangi kesedihan yang akan terjadi besok kebahagiaanmu hari ini tidak akan mengurangi kebahagiaan yang mungkin akan kamu alami besok
Jadi berbahagialah, agar kebahagiaanmu lebih lama.

Adikku,
Sungguh tidak ada kata yang lebih bijak dari pemahaman, pahami saja, apapun itu.  karena didalam pemahaman terukir indah rangkaian kata empathy, maaf dan cinta bahkan ikhlas!"

Adikku,
Jika semilir angin yang menyapa pagi dan membelai dedaunan seperti mengejekmu, bersabarlah, sesungguhnya Tuhanmu tidak begitu.

Lihatlah Adikku!  
Allah yang maha sabar dan membiarkan orang orang kafir tetap hidup, Lihatlah! Allah yang memberi kesempatan kepada hamba hambanya yang menikmati dosa-dosa dengan isyarat Nya atas kehidupanmu hari ini.

Adikku,
Ketika kamu merasa PANTAS untuk MARAH, mungkin disanalah IBLIS mulai merayakan kemenangannya dan membisikan kata "sabar itu ada batasnya, lampiaskanlah..."

Adikku,
Ingatlah Usia IBLIS itu lebih tua dari Adam Alahihissalam sekalipun, jadi waspadai kehalusannya, perhitungkan pengalamannya, ingatlah selalu misi panjangnya dalam menjerumuskan seluruh Manusia. Na'udzubillah!

Adikku,
Cemburu itu gak baik buat "kesehatan"... ^_^

Adikku,
Jika embun tak lagi bening, jangan salahkan debu atau dedaunan yang setia menahan'nya disetiap pagi yang terencana..  Karena daun'pun tidak pernah menyalahkan angin ketika ia terlempar, belajarlah dari keikhlasannya merelakan pucuk pucuk segar yang mengintip di celah ranting..."

Pahamilah Adikku,
bahwa tiap gesekan yang memilukan itu adalah untuk mempertajam pisau mata hatimu, agar peka terhadap dunia yang tak terduga ini, wahai bidadari kecilku.. Setiap butiran air mata yang terjatuh tidaklah diam. dia telah menembus jarak dan waktu untuk mengadu, menemuiku. dan kudengarkan setiap lirih keluhannya ..

Adikku,
Hati manusia itu sejatinya indah dan cendrung senang terhadap keindahan karena penciptanya sendiri maha indah dan menyenangi keindahan. tapi, ketahuilah, penyakit hati telah merusaknya hingga dunia yang indah dan luas ini terasa sesak.

Adikku, 
Jika kmu masih mengatakan sabar itu ada batasnya, artinya belum sabar. tetaplah dalam kesabaran, jika masih saja sulit. seperti itulah sabar..

Dunia ini adalah persinggahan Adikku, selagi kita singgah nikmatilah yang ada seadanya.. tapi jangan lupa tempat singgah itu bakal kamu tinggalkan untuk selama lamanya karena dunia ini, keseluruhannya adalah persiapan-persiapan.

Adikku, 
 Kita tidak mungkin memeluk dunia yang luas ini dengan keseluruhan ilmu dan upaya yang kita upayakan. tapi "jaringan" yang kita bangun dari persahabatan, akan memperpanjang langkah dan memperlebar sayap kita untuk bisa terbang mengarungi keindahannya..

Adikku,
Jika tidak mampu menjadi manusia yg bermanfaat bagi yang lain, cobalah jangan menjadi parasit. (Jangan ganggu kakak ^_^) lihatlah angrek, meski hidup menempel dipohon tapi dia memperindah si pohon dan tidak pernah mencuri makanan si pohon.

Adikku, 
Tebarkanlah kebaikan kepada siapa saja, insya Allah kebaikan akan datang dari sudut sudut yang tidak kamu duga saat kamu butuh kebaikan dari orang lain.

Tebarkanlah senyum, karena kemungkinan terjelek dari perilaku itu hanya satu (senyumu tidak dibalas) selebihnya adalah manfaat dan kebaikan.

Adikku, 
jangan cemberut. Dengarkan kakak, Jika gairah semangat yang mengalir dari hatimu melemah MAKA seluruh tubuhmu akan LEMAH. pahamilah bahwa tubuhmu itu kuat dengan segala kesempurnaannya, jagalah kobaran semangat di Jiwamu, tetap melangkah. bangkitlah. karena waktu akan meninggalkanmu sejauh lamanya waktu kamu terhenti. !

Adikku,
Merasa sepi atau kesepian itu tidak dipungkiri kadang kadang memang terjadi dihati manusia, kaka juga gitu, tapi jangan terlarut, karena ketika hatimu sepi disana JIN bisa masuk ketubuhmu.. begitu juga bisikan bisikan kebosanan hidup dari IBLIS. hangatkan hatimu dzikir

Adikku, 
Jangan biarkan dirimu tertipu dengan keindahan dunia ini. Jangan biarkan hatimu mengeras lagi setelh Allah lembutkan..Jangan biarkan sayap kesombongan membawamu terus terbang hingga kamu terlupa bahwa sayap itupun pemberian dari Allah..
Berdo'alah, mintalah kepada Allah agar hatimu di Lembutkan Dan di kuatkan dalam memikul beban itu.. 

Hidup Ini Pilihan Atau Takdir...?

Konsep takdir, selalu menjadi perdebatan dan pertanyaan banyak orang. Belakangan ini, saya cukup banyak menemukan pertanyaan atau pun diskusi-diskusi tentang takdir.
Bagi Umat Islam, Takdir merupakan bagian daripada Aqidah, karena merupakan bagian daripada Iman terhadap Qadla dan Qadar, dimana kata Takdir ini merupakan kata yang berasal dari Qadar. Karenanya, pemahaman tentang takdir ini sangat penting bagi seorang muslim. Sebab, pemahaman akan takdir ini akan menentukan arah dan sikap seorang muslim terhadap berbagai hal yang terjadi selama hidupnya. Karenanya, banyak juga ulama-ulama yang membahas konsep takdir ini dalam buku yang mereka buat.


Mengenai takdir ini, terdapat 3 golongan yang memahaminya secara berbeda.
Golongan pertama, yang berpendapat bahwa manusia itu tidak bebas sama sekali, apa yang kita lakukan, sudah ditentukan oleh ALLAH.
Golongan yang kedua, berpendapat bahwa kita sangat bebas, apa pun yang kita lakukan, tidak ada campur tangan Tuhan sama sekali.
Dan golongan terakhir yang berpendapat bahwa apa pun yang kita lakukan semuanya ada dalam aturan-aturan Allah, ada campur tangan Allah, tapi kita pun memiliki pilihan untuk melakukan sesuatu.


Saya sendiri, jauh sebelum mengenal konsep takdir, memiliki pemahaman tersendiri berdasarkan hasil berfikir dan merenung. Dalam buku Pengajaran Agama Islam karya HAMKA, disebutkan bahwa arti Qadla itu adalah aturan, sedangkan Qadar adalah ukuran. Jauh sebelum membaca buku tersebut, saya berfikir bahwa segala hal yang ada di muka bumi ini, tunduk pada hukum sebab-akibat. Buat saya, pemahaman terhadap Qadla dan Qadar itu sederhana saja. Apapun yang terjadi di bumi ini, pasti ada sebabnya, bahkan kematian, rezeki dan jodoh pun tunduk pada hukum ini. Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa hukum sebab-akibat ini lah yang kemudian disebut dengan Sunatullah. Dalam ajaran Islam, segala yang ada di muka bumi ini mengikuti Sunnatullah, aturan Allah. Itulah Qadla. Sedangkan Qadar adalah ukuran dari aturan-aturan tersebut. Besar-kecil (ukuran) usaha atau ikhtiar dalam mengikuti aturan tersebut akan menentukan hasil, karenanya hasil dari usaha inilah yang disebut dengan takdir.


Saya tidak pernah berfikir bahwa Allah mengatur kehidupan manusia ini seperti kita memainkan catur. Tidak seperti itu. Karenanya, saya tidak setuju dengan golongan yang pertama. Buat saya, campur tangan Allah itu ada pada aturan-aturan yang Dia buat. Dan kita, sebagai manusia, ada dalam aturan-aturan tersebut, sehingga kita pun tidak bebas sama sekali dari campur tangan Allah. Karenanya, saya pun tidak sepakat dengan golongan yang kedua. Lalu, aturan yang seperti apa kah yang sudah Allah tentukan ? Segala macam aturan. Tidak hanya tentang aturan bagaimana hidup yang benar, tapi juga aturan-aturan terhadap alam semesta. Umur, mati, sehat, sakit, tua, rusak, itulah aturan-aturan Allah.


Contoh sederhananya begini, kita tahu, semakin tua umur suatu tali, akan semakin lapuk dan kemampuan untuk mengangkat dan menahan bebannya pun akan semakin berkurang, inilah Qadla. Katakanlah, jika dulu tali tersebut sanggup menahan berat 200 Kg selama berjam-jam, maka sekarang tali tersebut hanya mampu menahan beban seberat 50 Kg, itupun kurang dari 2 jam, inilah Qadar. Masalahnya adalah, kita tidak pernah tahu berapa beban yang sanggup tali tersebut tahan dan berapa lama, yang kita tahu, bahwa tali tersebut sudah tua dan lapuk. Karenanya, jika ingin selamat dari kecelakaan, ketika mengangkat benda dengan tali, atau ketika kita bergelantungan dengan tali, adalah dengan menghindari penggunaan tali yang tua tersebut. Kita tidak bisa menantang aturan Allah dengan nekat menggunakan tali tersebut dengan beban melebihi kemampuan tali. Karenanya, ketika kita nekat menggunakan tali tersebut, kemudian kita celaka, tidak bisa kita mengatakan,”Ini adalah ujian dari Allah…”, tidak seperti itu. Karena, Allah sudah memberikan kepada manusia akal untuk digunakan memahami aturan-aturan Allah tersebut, jika kemudian kita menentang akal kita sendiri, dan kemudian terjadi kecelakaan, itu akibat kelakuan kita sendiri. Bukan karena Allah yang melakukan. Karenanya, kita harus intorspeksi, tidak bisa kita menyalahkan Allah. Takdir kita celaka, karena perbuatan kita sendiri. Allah sudah tentukan Qadar pada tiap aturan tersebut. Karenanya, kita harus menggunakan akal kita untuk memahami aturan tersebut dan memilih ketika melakukan sesuatu.


Kematian pun mengikuti aturan ini. Contoh pada kasus bunuh diri. Bisa jadi, orang yang melakukan bunuh diri belum saat nya mati. Bisa jadi, Allah sudah menentukan hari kematiannya di waktu yang lain. Tapi, akan menjadi berantakan segala aturan yang ada jika kemudian, misalnya, ada orang yang mencoba bunuh diri dengan minum baygon sampai ber-galon-galon, atau mencoba memegang setrum tegangan tinggi selama berjam-jam, masih hidup juga, alasannya, karena Allah belum menentukan hari kematiannya saat itu. Tidak seperti itu. Allah tidak akan sekonyol itu. Allah memang sudah menentukan saat kematian seseorang, tapi Allah pun tidak akan membiarkan aturan yang Dia buat menjadi berantakan. Karenanya, orang tersebut “harus” mati, agar aturan Allah tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun, sebetulnya, bukan saatnya dia mati. Karena itu lah, Allah melaknat orang-orang yang bunuh diri. Bayangkan, jika orang tersebut masih hidup, tentunya akan menyebabkan berbagai aturan kacau balau, ilmu pengetahuan menjadi berantakan, dan mungkin, akan ada ribuan orang yang mencoba minum baygon sebagai sarapan pagi….heu heu heu.


Kasus kecelakaan mobil atau motor karena ban pecah, tabrakan, rem blong, semuanya mengikuti aturan yang ada. Ban pecah, bisa terjadi karena tertusuk paku, atau tekanan udaranya kurang, atau umur bannya sudah tua, jadi bukan Allah yang memecahkannya, aturan Allah lah yang membuat hal itu terjadi. Kasus kecelakaan lainnya, seperti tabrakan kereta api, pesawat jatuh, kapal tenggelam, semuanya pasti ada sebab nya, dan biasanya karena adanya sunnatullah yang dilanggar. Tapi dari situ, kita seolah-olah ditegur oleh Allah agar melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan dan ukuran yang telah ditetapkan.


Khusus untuk urusan Rezeki dan Jodoh, saya agak kesulitan juga menjelaskannya, karena memang untuk kasus-kasus ini sering terjadi hal-hal yang agak “aneh”. Bukan tidak masuk akal, hanya saja pada beberapa kasus cenderung keluar dari aturan-aturan yang ada. Selain itu juga karena adanya persinggungan dengan “takdir” orang lain. Tapi, sebagian besar tetap terikat Sunnatullah yang sudah ada.


Dalam urusan Rezeki, Islam memerintahkan untuk bekerja keras. Ingin kaya, ya bekerja keras. Ingin urusan Rezeki lancar, carilah jalan masuknya rezeki yang baik. Karenanya, biasanya, urusan Rezeki ini berbanding lurus dengan besarnya Usaha, apa yang dikerjakan, dan pada siapa kita bekerja. Jadi, tidak bisa kita mengeluh, “Sudah kerja banting tulang, tapi masih kayak gini-gini aja (miskin)…”. Pertanyaannya adalah, apa yang dikerjakan ? Di mana bekerjanya? dan kerja pada siapa ? Kalau kerja keras siang malam, tapi hanya sebagai penarik becak, wajar saja kalau tidak kaya, karena memang pintu nya kecil. Kalau sebagai karyawan, wajar saja gajinya pas-pasan, karena besarnya gaji kita juga ditentukan oleh perusahaan. Tapi, kalau jadi seorang pembicara seminar, wajar saja bayarannya besar. Karenanya, urusan Rezeki sangat berhubungan dengan orang lain juga. Tapi, dunia ini membuktikan bahwa orang-orang yang sukses secara finansial adalah orang-orang yang tahu bagaimana dia harus bekerja, tahu apa yang harus dikerjakan, dan tahu pada siapa dia harus bekerja. Tidak asal, “pokoknya gua kerja”. Dan untuk mencapai ke level itu, yang paling dominan adalah kerja keras dan pengetahuan tentang strategi mencari rezeki. Karenanya, agar rezeki menjadi lancar, kita pun harus mengkondisikan diri kita pada situasi yang memang memungkinkan kelancaran rezeki tersebut. Tidak bisa hanya tidur dan diam, lalu berkata, “kalau udah rezeki mah pasti datang sendiri…”. Karena itu, keadaan finansial kita sekarang merupakan hasil dari kerja kita diwaktu yang lalu. Kalau misalkan kita kerja selama ini tidak kaya-kaya juga, carilah tempat yang lain, atau pekerjaan yang lain. Tidak mungkin hanya diam saja di tempat tersebut. Kalau misalkan sampai saatnya mati belum kaya juga, setidaknya kita sudah berusaha untuk mencari kualitas hidup yang lebih baik.


Meksipun ada juga kasus-kasus datangnya Rezeki dari arah yang “tidak bisa diduga”, tapi biasanya, hal tersebut juga terjadi dari usaha yang kita lakukan sebelumnya. Misalnya, kita sering menolong orang lain, atau berbuat baik kepada orang lain. Sebagai rasa terima kasih, maka orang yang ditolong tersebut memberikan uang atau rezeki lainnya kepada kita. Itu pun, pada dasarnya, akibat usaha kita juga. Jarang sekali ada orang yang kaya akibat nemu duit 1 milyar di jalan. Kalau warisan, itu lain lagi, biasanya warisan tersebut merupakan hasil dari kerja keras orang yang mewariskannya. Penerima waris hanya menerima hasilnya saja.


Nah, untuk urusan jodoh, “tak sepenuhnya” karena keputusan Allah. Biasanya, untuk kasus jodoh ini, memang campur tangan Allah dirasakan sangat besar. Karena, kadang, sebesar apa pun usaha yang kita lakukan, kalau memang orang yang kita incar tidak suka, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Karena, urusan hati ini, hanya Allah saja yang bisa membolak-balikkannya, tentu saja dengan caraNya yang terkadang tidak bisa kita mengerti. Tapi, tetap saja, orang-orang yang berikhtiar lebih keras, cenderung lebih cepat mendapatkan jodohnya daripada orang-orang yang menunggu datangnya jodoh. Karenanya, kita pun harus introspeksi diri, seberapa besar usaha kita untuk mendapatkan jodoh tersebut…
Lalu, apa fungsinya Do’a ? Nah, Do’a adalah harapan terhadap kondisi ideal yang kita inginkan dan kita minta kepada Allah. Salah satu alasan mengapa Do’a tidak langsung dikabulkan adalah karena Allah lebih mengetahui kondisi kita yang sebenarnya daripada kita sendiri. Karenanya, agar Do’a kita terkabul, sering kali Allah menyiapkan kondisi kita terlebih dahulu. Caranya, mungkin melalui kemantapan hati ketika mengambil suatu keputusan, atau rasa gelisah ketika akan melakukan sesuatu yang salah, yang jelas, bentuk pengabulan do’a ini sangat jarang sekali yang langsung. Misalkan, kita ingin menjadi orang yang sholeh, kemudian kita berusaha untuk mencari lingkungan yang baik agar kita bisa menjadi sholeh. Nah, dalam pencarian itulah, biasanya Allah menolong kita, misalnya dengan memberikan rasa tenang ketika kita bertemu orang-orang yang sholeh, atau ketika berada di lingkungan tersebut, sehingga kita merasa betah berada disana, dan pada akhirnya, karena sering bergaul, pelan-pelan kita pun menjadi orang yang sholeh. Tidak ujug-ujug jadi sholeh, bisa hancur dunia persilatan. Allah hanya memberikan tuntunan, melalui sinyal-sinyal yang dia berikan, keputusan tetap ada pada kita. Jadi, Allah tidak memperlakukan kita seperti bidak catur…”Kamu, ke sini aja ya…? biar ntar ke neraka….” , “Nah, kamu kesana aja…supaya masuk surga..”…Saya kira tidak begitu. Hal tersebut tentu saja tidak adil, percuma saja kita hidup kalau misalkan Allah sudah menentukan “Kamu masuk Surga…”, “Kamu masuk Neraka…”. Dan untuk apa ada penghisaban di akhirat kalau jelas-jelas kita masuk neraka atau surga.


Dalam buku HAMKA tersebut, dijelaskan bahwa salah satu kemunduran umat Islam, dan menurut saya bangsa Indonesia juga, adalah menghindari Takdir, bukan menghadapinya. Kalau ingin kaya, aturannya bekerja keras, bukan diam atau malas-malasan, sementara kita lebih banyak bermalas-malasan, wajar kalau tidak kaya. Orang yang menghadapi takdir adalah mereka yang bekerja keras, sedangkan yang menghindari adalah mereka yang bermalas-malasan. Jadi,memang benar kalau segala yang baik itu datangnya dari Allah, karena Dia sudah menentukan segala sesuatunya dengan baik, kalau kita mengikuti dan memahami aturan-aturan yang ada, kita akan menemukan takdir yang baik. Sementara segala macam bencana, kecelakaan pada dasarnya memang hasil perbuatan dan kelalaian manusia juga. Contoh, banjir bandang, logikanya, banjir tersebut tidak perlu terjadi,jika hutan-hutan yang ada mampu menahan dan menyerap air tersebut. Tapi, karena hutan tersebut gundul, mengalirlah air tersebut tanpa hambatan, terjadilah banjir bandang. Siapakah yang menggundulinya ? Manusia juga. Jadi, bentuk “teguran” yang terjadi, biasanya sesuai atau akibat dari apa yang dilakukan oleh manusia.
Fenomena-fenomena alam yang terjadi juga, pada dasarnya adalah sunnatullah agar alam semesta ini tetap stabil. Gempa Bumi, letusan gunung merapi, dan lain-lain. Hanya saja, mungkin, pada saat itu Allah benar-benar “turun tangan” agar manusia tidak sombong dan lalai. Contoh pada kasus Tsunami di Aceh, mungkin yang terjadi pada saat itu bukan hanya semata-mata fenomena alam biasa, tapi mungkin memang Allah memberikan teguran secara langsung. Meskipun, secara ilmiah, masih bisa dijelaskan.
Intinya, campur tangan Allah di dunia ini, “diwakili” oleh ketentuan yang sudah Dia gariskan. Tidak turun tangan langsung seperti mengatur bidak-bidak catur. Dalam kehidupan kita, kita tidak bisa lepas dari aturan-aturan (ketentuan) tersebut. Bagaimanapun jalan kita, kita terikat oleh ketentuan tersebut. Namun, kita pun dibekali akal untuk memahami aturan-aturan tersebut, sehingga ketika kita memutuskan untuk melakukan sesuatu, kita tidak bertindak bodoh dan celaka karena melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan ketentuan. Namun, terkadang, dalam beberapa hal, Allah benar-benar mengambil alih dan “menyentil” kehidupan kita dengan caranya yang tidak bisa kita pahami.


Wallahualam

Luah cinta hati